Rangka Berita — Perusahaan konglomerat Sampoerna Strategic Group resmi melepas seluruh kepemilikan di lini usaha perkebunan dan industri kelapa sawit yang berada di bawah naungan PT Sampoerna Agro Tbk. Langkah ini menjadi salah satu aksi korporasi terbesar yang dilakukan grup tersebut dalam satu dekade terakhir. Meski industri kelapa sawit masih dipandang sebagai sektor yang menjanjikan, keputusan untuk hengkang menandakan adanya perubahan fokus strategis perusahaan ke portofolio usaha yang di anggap memiliki prospek lebih tinggi dalam jangka panjang.
Pelepasan ini di resmikan melalui pengambilalihan 1,19 miliar saham oleh PT AGPA Pte Ltd, anak usaha perusahaan global asal Korea Selatan POSCO International Corporation, pada Rabu (19/11/2025). Saham tersebut dibeli dari Twinwood Family, kendaraan investasi milik keluarga Sampoerna, dengan harga Rp 7.903 per saham. Secara total, nilai transaksi mencapai angka triliunan rupiah. Menjadikannya salah satu akuisisi sektor agribisnis terbesar di Indonesia pada tahun 2025.
Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia. Jumlah saham yang di lepas tersebut mencerminkan 65,7 persen kepemilikan Sampoerna di Sampoerna Agro posisi mayoritas yang selama ini menjadikan grup tersebut sebagai pengendali utama. Publikasi Bloomberg menyebut bahwa Putera Sampoerna, pendiri Sampoerna Strategic Group, tercatat sebagai ultimate beneficial owner, atau penerima manfaat akhir dari entitas yang melakukan pelepasan saham. Adapun sisanya, sekitar 34,3 persen saham Sampoerna Agro saat ini beredar di masyarakat.
Keputusan melepas saham ini tidak datang secara tiba-tiba. Sampoerna Agro telah menjadi bagian dari portofolio bisnis keluarga Sampoerna selama lebih dari tiga dekade. Perusahaan tersebut di dirikan pada 1993, kemudian berkembang menjadi salah satu pemain besar di industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sampoerna Agro juga tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 2007, membuka akses pendanaan lebih besar untuk ekspansi. Termasuk memperluas areal perkebunan. Meningkatkan kapasitas pabrik. Dan menambah lini produk turunan kelapa sawit.
Menurut catatan Kompas, Sampoerna Strategic Group termasuk salah satu dari sejumlah konglomerasi nasional yang berbondong-bondong masuk ke industri kelapa sawit menjelang awal abad ke-21. Pada periode itu. Harga minyak sawit mentah (CPO) tengah berada dalam tren naik. Mendorong banyak perusahaan besar melakukan di versifikasi usaha ke sektor agribisnis. Kelapa sawit di pandang sebagai emas hijau karena permintaan global yang terus meningkat. Baik untuk kebutuhan pangan, kosmetik, hingga energi terbarukan.
Namun, dalam satu dekade terakhir. Dinamika industri kelapa sawit berubah cukup signifikan. Sejumlah tantangan turut mempengaruhi arah kebijakan para pelaku usaha, mulai dari isu lingkungan, tekanan pasar global. Perubahan regulasi ekspor, hingga turunnya margin akibat fluktuasi harga komoditas. Banyak analis menilai bahwa faktor-faktor tersebut membuat tidak sedikit perusahaan melakukan penyesuaian portofolio, termasuk memilih keluar dari bisnis yang di anggap kurang sejalan dengan strategi jangka panjang.
Dalam konteks Sampoerna Strategic Group, langkah ini di nilai sebagai upaya perusahaan untuk memperkuat fokus pada sektor bisnis yang selama ini menjadi keunggulan grup tersebut, seperti jasa keuangan. Properti. Dan investasi strategis lainnya. Dengan pelepasan ini, sumber daya dan modal perusahaan berpotensi di alokasikan kembali ke bidang-bidang yang dianggap lebih stabil atau memiliki pertumbuhan lebih cepat di banding sektor perkebunan yang cenderung siklikal.
Sementara itu. Bagi POSCO International. Akuisisi saham mayoritas Sampoerna Agro merupakan langkah memperluas ekspansi bisnis mereka di bidang agribisnis global. POSCO telah lama memiliki ambisi memperkuat posisi di Asia Tenggara. Terutama di sektor pangan dan sumber daya alam. Dengan mengambil alih salah satu perusahaan kelapa sawit besar di Indonesia, POSCO di harapkan memiliki akses lebih kuat ke rantai pasok minyak sawit dunia, sekaligus memperluas portofolio global mereka.
Pengamat pasar modal menilai bahwa penjualan saham Sampoerna Agro akan memberikan dampak jangka panjang baik bagi struktur usaha Sampoerna Strategic Group maupun di namika industri kelapa sawit nasional. Selain mencerminkan pergeseran strategi perusahaan, aksi ini juga menunjukkan bahwa minat investor asing terhadap komoditas unggulan Indonesia masih tinggi. Meski menghadapi tantangan. Kelapa sawit tetap di pandang sebagai komoditas strategis dan menjadi rebutan pemain global yang ingin memperkuat rantai pasok mereka.
Hingga kini. Belum ada pernyataan resmi dari manajemen Sampoerna Strategic Group terkait rencana penggunaan dana hasil pelepasan saham tersebut. Namun, sejumlah analis memperkirakan bahwa perusahaan tengah mempersiapkan langkah restrukturisasi besar. Termasuk kemungkinan peningkatan investasi di sektor-sektor yang tengah tumbuh, seperti teknologi, energi baru, atau industri keuangan. Dengan selesainya transaksi ini, perjalanan tiga dekade Sampoerna Strategic Group di industri kelapa sawit pun resmi berakhir. Namun, bagi industri secara keseluruhan, langkah ini justru menandai babak baru yang membuka peluang kolaborasi dan investasi asing lebih luas di masa mendatang.