Sektor Properti Bakal Kinclong di 2026, Saham-Saham Ini Patut Dilirik

Sektor Properti Bakal Kinclong di 2026, Saham-Saham Ini Patut Dilirik

Rangkaberita.com — Sektor properti diproyeksikan bakal kembali bersinar pada 2026 seiring membaiknya kondisi ekonomi nasional, stabilnya suku bunga, serta meningkatnya kebutuhan hunian dan kawasan komersial. Sejumlah analis menilai, fase pemulihan yang mulai terlihat sejak 2024–2025 akan berlanjut dan mencapai momentum optimal dalam dua tahun ke depan. Kondisi ini membuka peluang menarik bagi investor pasar modal untuk mulai melirik saham-saham properti pilihan.

Pemulihan sektor properti tidak lepas dari dukungan kebijakan pemerintah. Program pembangunan perumahan, insentif pajak, serta pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dinilai menjadi katalis positif. Selain itu, urbanisasi dan pertumbuhan kelas menengah turut mendorong permintaan hunian, baik untuk rumah tapak, apartemen, maupun kawasan terpadu.

Dari sisi makroekonomi, inflasi yang lebih terkendali dan potensi pelonggaran suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) pada 2026 diperkirakan akan meningkatkan daya beli masyarakat. Suku bunga yang lebih ramah membuat cicilan KPR lebih terjangkau, sehingga minat beli properti berpeluang meningkat signifikan. Hal ini tentu berdampak langsung pada kinerja emiten properti.

Sejumlah emiten besar dipandang memiliki posisi strategis untuk memanfaatkan momentum tersebut. Saham-saham pengembang dengan landbank luas, neraca keuangan sehat, serta fokus pada segmen menengah dinilai paling diuntungkan. Segmen ini dianggap paling stabil karena memiliki pasar yang luas dan relatif tahan terhadap gejolak ekonomi.

Selain pengembang residensial, saham properti di sektor kawasan industri juga patut diperhatikan. Tren relokasi pabrik dan masuknya investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia mendorong permintaan lahan industri dan gudang logistik. Emiten yang mengelola kawasan industri terintegrasi diproyeksikan menikmati pertumbuhan pendapatan yang konsisten hingga 2026.

Tak kalah menarik, sektor properti komersial seperti pusat perbelanjaan dan perkantoran mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Aktivitas ekonomi yang kembali normal serta meningkatnya mobilitas masyarakat mendorong tingkat okupansi. Meski tren kerja hybrid masih berlanjut, permintaan ruang kantor berkualitas di lokasi strategis tetap terjaga.

Namun demikian, investor tetap perlu selektif. Tidak semua saham properti akan bergerak seirama. Faktor manajemen, strategi bisnis, serta kemampuan menjaga arus kas menjadi penentu utama. Emiten dengan tingkat utang yang terkendali dan proyek yang tepat sasaran cenderung lebih aman untuk investasi jangka menengah hingga panjang.

Analis juga mengingatkan pentingnya memperhatikan valuasi saham. Meski prospek 2026 terlihat cerah, investor disarankan masuk secara bertahap dan tidak terburu-buru. Memanfaatkan fase konsolidasi harga untuk akumulasi dinilai sebagai strategi yang lebih bijak.

Dengan berbagai katalis positif yang ada, sektor properti berpotensi menjadi salah satu motor penggerak pasar saham pada 2026. Bagi investor yang memiliki profil risiko menengah hingga agresif, saham-saham properti pilihan bisa menjadi peluang menarik untuk dikoleksi sejak dini, sembari menunggu potensi pertumbuhan yang lebih optimal di masa mendatang.