Rangka Berita — Sebanyak 58 mahasiswa Departemen Teknologi Informasi (DTI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengikuti kunjungan pembelajaran praktis ke Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Jawa Timur. Kegiatan ini di rancang untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai proses digital forensik di lingkungan kepolisian, sekaligus membuka peluang kerja sama strategis dalam riset. Magang, dan tugas akhir pada bidang Forensik Digital serta Security Operation Center (SOC).
Kedatangan mahasiswa beserta perwakilan dosen pembimbing DTI ITS Dr. Ir. Henning Titi Ciptaningtyas. S.Kom, M.Kom., Irzal Ahmad Sabilla, S.Kom., M.Kom., Fuad Dary Rosyadi, S.Kom., M.Kom. di sambut oleh jajaran pimpinan Labfor Polda Jatim. Yaitu Imam Mukti, S.Si, Apt., M.Si. (Wakabidlabfor), Dedy Prasetyo, S.Si., M.M., M.Si. (Kasubbid Dokupal), Agus Santosa, S.T. (Kasubbid Balmet). Dan drh. Tri Yuni Eriadi M.Si. (Kasubbid Kimbio). Mereka memberikan gambaran komprehensif mengenai peran strategis Labfor dalam mendukung proses penyidikan melalui pemeriksaan bukti digital yang akurat, sistematis, dan sesuai standar hukum.
Pada sesi pembukaan. Tim Labfor memaparkan materi mengenai tahapan digital forensik, mulai dari chain of custody, metode ekstraksi data, hingga prinsip menjaga integritas barang bukti. Pihak Labfor juga menyoroti tantangan teknologi modern. Terutama maraknya deepfake berbasis Artificial Intelligence (AI) yang menyulitkan verifikasi keaslian video , serta hambatan teknis ketika menangani perangkat ponsel yang terkunci kata sandi (passcode). Setelah pemaparan materi, mahasiswa memasuki sesi diskusi dan tanya jawab interaktif. Dalam forum ini, berbagai pertanyaan muncul mulai dari teknik pembukaan perangkat terkunci. Metode analisis metadata, prosedur pengamanan bukti digital, hingga peluang penelitian kolaboratif yang dapat mendukung kebutuhan Labfor dalam mengembangkan metode pemeriksaan yang lebih efisien dan adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Bagian paling menarik dari kunjungan ini adalah sesi hands-on demonstration di ruang Digital Forensic (Digifor). Mahasiswa di ajak melihat secara langsung bagaimana analis forensik bekerja menggunakan perangkat serta software khusus seperti Cellebrite UFED. Magnet AXIOM, dan X-Ways Forensics. Demonstrasi mencakup proses imaging forensik menggunakan write-blocker, teknik pemulihan data, hingga alur penanganan barang bukti dari tahap penerimaan, pencatatan, pengamanan fisik, pemeriksaan, hingga penyusunan laporan akhir. Di akhir kunjungan, salah satu mahasiswa, Dian Anggareni Putri. Menyampaikan kesan dan pesannya terkait pengalaman belajar di Labfor. Ia mengaku sangat terbantu dengan pemaparan dan demonstrasi langsung yang di berikan oleh analis forensik.
“Kunjungan ini membuka wawasan saya bahwa digital forensik tidak hanya soal teori, tetapi proses yang benar-benar detail, terstruktur, dan bertanggung jawab. Melihat langsung bagaimana perangkat dan software forensik bekerja membuat saya semakin tertarik untuk mendalami bidang ini. Semoga ke depannya ITS bisa terus bekerja sama dengan Labfor agar mahasiswa punya lebih banyak kesempatan untuk terjun langsung,” ungkapnya.
Imam Mukti, S.Si, Apt., M.Si. (Wakabidlabfor) dan Dr. Ir. Henning Titi Ciptaningtyas, S.Kom, M.Kom. (Perwakilan Dosen DTI ITS) pada sesi pembukaan, pemaparan materi peran strategis dan tantangan terkini yang di hadapi laboratorium forensik. Wakabidlabfor. Imam Mukti, menyampaikan bahwa Labfor sangat terbuka terhadap peluang kerja sama, terutama penelitian dan pengembangan metode yang dapat membantu mengatasi hambatan teknis yang ada. Namun, ia menegaskan bahwa ada syarat mutlak yang harus di patuhi mahasiswa: seluruh identitas tersangka, korban. Dan pelapor wajib dijaga kerahasiaannya. Fokus mahasiswa harus tertuju pada metode pemeriksaan, bukan pada detail sensitif kasus yang sedang berjalan.
Melalui penjajakan kerja sama ini. Departemen Teknologi Informasi ITS kembali menegaskan posisinya dalam mendukung inovasi yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s), khususnya SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur. Kolaborasi ini di harapkan tidak hanya menghasilkan lulusan yang kompeten di bidang cybersecurity dan forensik, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam membangun infrastruktur penegakan hukum yang tangguh dan adaptif terhadap perkembangan teknologi masa depan.